Seperti yang pernah saya postingkan mengenai sarat tumbuhnya jeruk maka dalam melakukan persiapan untuk menanam jeruk asam tidak jauh berbeda dimana kita perlu mengetahui kondisi lahan calon areal tanam jeruk asam ? diantaranya upaya atau langkah kita yang pertama adalah
1. PENANGANAN LAHAN
Penanganan lahan untuk berkebun jeruk asam berbeda
berdasarkan kondisi, tata letakm, keadaan, dan sifat fisik lahan. Penanganan
lahan yang tidak benar akan menyebabkan kegagalan dan kerugian. Sebagai contoh
lahan pasang surut atau persawahan tanaman akan berbeda cara penanganannya
dengan lahan tegalan atau pekarangan. Lebih jelasnya, tata cara penanganan ini
adalah sebagai berikut;
a. Lahan
bekas bukaan hutan, padang alang – alng, semak belukar.
Lahan padang alang – alang, semak
belukar tidak muncul begitu saja. Bisa jadi kemunculannya antara lain akibat
pembukaan hutan, lalu lahan dibiarkan sampai cukup lama ( lahan tidur )
sehingga ditumbuhi alang – alang dan semak belukar, jika sebelumnya
tanahnyarelatif subur dan kaya bahan organis, akhirnya lahan ini berubah
menjadi alang – alang dengan semak belukar yang miskin hara. Oleh karena itu
utuk bisa memfungsikan lahan tersebut agar produktif lagi untuk tanaman jeruk
asam ada beberapa hal yang perlu di perhatikan diantaranya ; kemiringan tanah,
penanaman tanaman penahan erosi dan penyubur tanah, serta penambahan bahan
organik
b. Lahan
pasang surut atau rawa – rawa
Lahan pasang surut atau rawa – rawa
umumnya berada di sebagian sumatera dan riau dan umumnya tanah pasang surut
mempunyai dua lapisan gambut yaitu, lapisan gambut setebal 25 cm atau lebih dan
lapisan gambut setebal kurang dari 25 cm atau tidak mempunyai lapisan tanah
sama sekali. Semakin jauh dari sungai, kandungan gambutnya semakin tebal.
Tanah yang asam dilakukan pemupukan
organic dan pengapuran agar pH-nya menjadi 5,5 – 6,0 atau mendekati netral.
Tanah tersebut kemudian diolah agar sirkulasi udara dalam tanah menjadi lancer.
Selain itu, untuk memperkaya hara, tanah diberi pupuk makro dan mikro
Diantaranya bedengan terdapat saluran
air sehingga dapat difungsikan untuk pemeliharaan ikan emas atau mujaer, lele
dumbo, atau sejenis ikan lainnya. Ikan tersebut dapat dipanen 3 – 4 bulan
berikutnya. Istilah ini dapat disebut jerikan. Artinya menanam jerik sekaligus
memelihara ikan.
c. Lahan
persawahan, perladangan, pekarangan
Pada lahan persawahan, dilakukan
pembukaan seperti pada lahan pasang surut atau rawa – rawa, sedangkan pada
lahan pekarangan dan perladangan seperti pembukaan lahan daratan umumnya. Untuk
cara penanamannya semua jenis tanaman jeruk di tumpangsarikan dengan tanaman
padi, palawija, sayuran atau buah ( durian ).
2. Pengolahan Tanah
Pengolahan
tanah yang dimaksud adalah pencangkulan, pembajakan, atau pekerjaan serupa yang
dilakukan baik sebelum maupun sesudah penanaman dilakukan ( mendagir) . maksud
dan tujuan utama dilakukan pengolahan tanah lebih bersih dan gambur sehingga
aerasi udara dalam tanah menjadi lancer, gas – gas beracun bisa lepas ke udara
bebas, dan akar tanaman tumbuh leluasa untuk mencari makan.oleh karena itu
untuk bertanam tanaman yang perakarannya dalam, seperti tanaman buah – buahan,
termasuk tanaman jeruk, pencangkulan bisa sampai 50 cm, setelah tanah dicangkul
sedalam 30cm, dibuatkan lubang tanam. Umumnya masing – masing lahan dilakukan
pengolahan tanah sebagai berikut :
a. Lahan
Baru.
Lahan baru adalah lahan yang betul –
betul belum pernah diproduktifkan. Lahan tersebut bisa berupa bekas padang
alang-alang, lahan tidur atau lahan sejenisnya :
1. Batu
– batu yang ada di kebun dibersihkan agar tidak mengganggu pengolahan tanah.
2. Rumput
alang – alang semak belukar dibabat habis.
3. Tanah
dibajak atau dibalikkan yaitu tanah bagian atas atau tanah permukaan di balik
ke bawah ( ke dalm tanah ). Kedalaman tanah yang dibalik minimal 30 cm dan bila
memungkinkan sampai 50 cm. hal ini dilakukan agar jasad renik yang merugikan
bisa mati terkena sinar matahari
4. Setelah
pembalikan tanah, lahan dibiarkan terkena angin dan sinar matahari minimal
seminggu ( lebih lama lebih bagus )
5. Kemudian,
tanah dicangkul atau dibalik lagui agar tanah yang masih berbentuk bongkahan
menjadi hancur dan menjadi remahan ( tanah menjadi sarang )
6. Selesai
pencangkulan, lahan kembali dibiarkan selama seminggu atau lebih
7. Setelah
itu tanah digaru, atau diratakan yang bertujuan untuk memudahkan pengaturan
tata letak pembuatan saluran air dan lubang tanam.
b. Lahan
Lama
Pembenahan lahan
kebun untuk lahan atau lahan yang sudah tidak produktif jauh lebih sederhana..
jika lahan baru perlu sedikitnya tiga tahapan pembenahan yaitu ; pembajakan /
pembalikan tanah, pencangkulan / penghancuran, dan penggaruan/ perataan tanah
maka untuk lahan lama cukup dengan pencangkulan dan penggaruan saja.sumber : penebar swadaya, 2004